Situs Batu Kuda berada di area wanawisata Batu Kuda di Kabupaten Bandung. Tepatnya berada di Desa Cikoneng Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung. Situs Batu Kuda berjarak kurang lebih 1KM dari pintu masuk wanawisata Batu Kuda.
Situs Batu Kuda ini berada di area Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bandung Utara. KPH Bandung Utara merupakan salah satu unit managemen wilayah Jawa Barat dan Banten. Wilayahnya meliputi kawasan hutan yang berada di Kabupaten Bandung, Bandung Barat, Subang, dan Purwakarta.
Situs Batu Kuda ialah area di tengah hutan Kaki Gunung Manglayang. Di area tersebut terdapat beberapa batu besar, salah satunya batu menyerupai kepala kuda. Menurut kepercayaan masyarakat sekitar, batu tersebut ialah kuda yang terjerembap ke dalam lumpur pada masa lampau.
Pada masa dahulu kala, terdapat sebuah kerajaan di wilayah Pantai Utara Jawa. Diperkirakan kerajaan tersebut masih berada di wilayah kekuasaan Cirebon. Kerajaan tersebut dipimpin oleh Prabu Layang Kusuma dengan permaisurinya Layang Sari.
Suatu ketika, Prabu Layang Kusuma hendak melakukan perjalanan ke wilayah Banten. Prabu Layang Kusuma pergi ke Banten dengan menunggangi kuda. Kuda tersebut dinamai atau dikenal dengan nama Kuda Sembrani.
Kuda Sembrani bukanlah kuda pada umumnya. Kuda Sembrani memiliki keistimewaan, yaitu kuda Sembrani memiliki kemampuan untuk terbang di udara. Kuda Sembrani bisa terbang melintasi jarak yang jauh. Maka pantas jika Kuda Sembrani dipilih Prabu Layang Kusuma sebagai tunggangan menuju ke Banten yang jaraknya tentu sangat jauh dari Cirebon.
Dalam perjalanan menuju Banten, Prabu Layang Kusuma melewati berbagai wilayah di sekitar Pasundan, yang kini dikenal dengan wilayah Bandung. Di Wilayah Pasundan, Prabu Layang Kusuma dengan tunggangannya yaitu Kuda Sembarni melintasi Gunung Manglayang.
Nahasnya, saat melintasi Gunung Manglayang tiba-tiba Kuda Sembrani mengalami gangguan. Kabut hitam menutupi mata Kuda Sembrani. Dengan begitu penglihatannya menjadi tertutup. Karena cemas, Kuda Sembrani menjadi hilang kendali, kemudian terjatuh.
Kuda Sembrani dan Prabu Layang Kusuma terjatuh di hutan. Tempat terjatuhnya mereka dikenal sebagai Titik Sanghiang. Di titik tersebutlah Prabu Layang Kusuma ngahiang, menghilang, ada yang menyatakan hilang ke kahyangan, ke wilayah para dewa.
Sedangankan Kuda Sembrani terjerembap ke dalam kubangan lumpur. Kuda Sembrani meronta, berusaha melepasakan diri dari kubangan lumpur. Tetapi, semakin ia meronta, tubuhnya semakin dalam masuk ke kubangan lumpur.
Tubuh Kuda Sembrani hampir tenggelam di dalam lumpur. Kuda Sembari tidak bisa melepaskan diri. Hingga, hanya tinggal kepalanya saja yang menyembul ke permukaan lumpur. Keadaan tersebut tidak berubah selama bertahun-tahun lamanya. Kuda Sembarni pun membatu.
Batu Kuda Sembrani kini tampak bagian kepalanya saja. Bagian kepala dengan posisi mata berada di dekat tanah, sedangkan mulut dan hidung kuda di bagian atas, menandakan bahwa betapa keras upaya Kuda Sembrani untuk lepas dari kubangan lumpur.
Seperti halnya nasib sang pemilik, Kuda Sembrani dipercaya tidak mati. Akan tetapi rohnya ngahiang. Roh Kuda Sembrani akan datang ke tempat itu pada hari Senin dan Kamis. Pada Hari itu dipercaya sebagai hari berkumpulnya roh-roh penunggu Gunung Manglayang.
Masyarakat sekitar Situs Batu Kuda percaya bahwa situs itu ialah daerah keramat. Daerah yang suci dan bertuah. Tempat yang memberikan efek magis bagi orang-orang yang berkunjung ke sana. Tidak heran jika tempat tersebut dijaga kesuciannya. Orang yang melintas atau berkunjung ke tempat itu harus menjaga adab dan dilarang keras berbuat maksiat.
Demikianlah legenda Situs Batu Kuda. Batu kepala kuda yang berada di kesunyiaan kaki Gunung Manglayang.
Sebagai pengingat, legenda adalah cerita rakyat pada zaman dahulu yang berkaitan dengan asal-usul suatu tempat. Pada umumnya cerita mengandung hikmah atau pelajaran bagi penyimaknya. Ada kalanya cerita mengandung kejadian di luar nalar, bersifat magis dan sebagainya.
Share This :
0 comments